Testimonial 12 Silvani Sullivan

Email ini saya terima tgl. 18 Desember 2010 dari Ibu Silvani Sullivan, peserta pelatihan Circulation of “Qi” for Health®, Angkatan P89 (tgl. 11 Juli – 24 Juli 2010) di Aston Tropicana Hotel, Jl. Cihampelas, Bandung.

……..Budiman.

 

From: Silvani Sullivan <[email protected]>
Subject: Sharing
To: “Qi Budiman” <[email protected]>
Date: Saturday, December 18, 2010, 1:14 AM

Hai Pak Budiman & Rekan, salam sehat selalu.

Saya Silvani, peserta pelatihan Circulation of “Qi” for Health, Angkatan P89 – Aston Tropicana, Bandung (11 – 24 Juli, 2010).

Baru2 ini saya ikut latihan Qi bersama dengan alumni Qi lainnya di Jl. Pandu, Bandung. Saat latihan dan sharing, saya jadi teringat akan pesan Pak Budiman untuk mau membagi (sharing) pengalaman saya setelah ikut pelatihan Sirkulasi Qi.

Asal usul keluhan saya:

1. Saat umur 10 tahun, melihat kakak, adik & saudara sepupu yang loncat dari lantai atas rumah, yang sedang dibangun, ke tumpukan pasir yang menggunung, terasa menyenangkan. Saya tertarik juga untuk mencoba, tetapi saat sudah berada di atas bangunan, saya merasa ngeri karena dengan ketinggian sekitar 6 meter terasa sangat tinggi setelah berdiri di atas sana. Saya membatalkan niat saya untuk meloncat, tetapi saat hendak turun, kakak saya memaksa saya terjun juga dengan mendorong sebatang kayu bangunan panjang ke arah saya. Akhirnya saya terjun dalam keadaan tidak siap dan jatuh terduduk di lantai semen. Dalam keadaan shock, terdengar saudara sepupu bicara, “wah.. kena tulang ekor, sebentar lagi akan buta”. Saya segera berdiri dan berjalan menuju kamar tidur yang berada di lantai atas. Baru menaiki setengah tangga, saya sudah tidak mampu berdiri lagi, saya merangkak menaiki tangga sampai kamar dan berhasil tidur di ranjang. Setelah itu seluruh badan saya terasa kaku. Orangtua memanggil sinshe dan setelah dicek (diperiksa), dikatakan tidak ada patah tulang. Lalu sinshe memberikan ramuan obat yang ditempel di pinggang dan diganti setiap 2 hari. Selama 3 bulan saya menderita, apalagi saat harus menjongkok. Saya butuh waktu 5 sampai 10 menit untuk bisa berjongkok, karena harus dilakukan per cm (centimeter), kalau terlalu banyak akan ada rasa sakit yang luar biasa. Dampaknya saat dewasa, rahim saya terbalik, sempat mengalami kesulitan untuk hamil setelah menikah. Tetapi saya masih bersyukur karena tidak sampai buta dan lumpuh.

2. Saat kuliah saya pernah tabrakan mengendarai motor dengan angkot yang mendadak berhenti di tengah jalan. Karena khawatir tidak boleh naik motor lagi, saya merahasiakan kejadian ini dari orangtua saya. Saya ke rumah seorang sahabat karena tidak berani pulang. Muka bengkak dan kaki sebelah kanan saya terasa sakit. Setelah reda, baru saya pulang ke rumah. Keesokan harinya seluruh paha saya membiru. Saya hanya menggosoknya dengan arak gosok sampai sembuh. Ternyata 3 tahun kemudian, saya mulai merasakan ada yang tidak beres dengan kaki saya, saya tidak bisa berlutut, waktu saya perhatikan sepertinya ada pembuluh darah yang menonjol tepat di tengah lutut. Saat berlutut itu, terasa sakit yang menyentak langsung ke otak.

3. Saya senang main tenis meja sejak masih di SMP. Saya tidak pernah membawa kaos baju pengganti, jadi baju basah oleh keringat dan kering berulang kali. Pulang naik sepeda juga tanpa jaket. Akibatnya di usia 20 tahunan saya mulai sering sakit kepala dan mudah masuk angin dan tangan selalu berkeringat. Untuk mengatasi ke 3 masalah tersebut, saya sering diurut dan ditotok Qi secara rutin selama 5 tahun. Hampir semua keluhan membaik. Saya berhasil hamil di tahun ke 4 perkawinan. Telapak tangan kering dan bisa berlutut tanpa merasa sakit.
Masalah yang masih mengganggu saya saat akan mulai latihan Qi dengan Pak Budiman adalah :

1. Apabila kaki kanan dilipat agak lama, lutut akan terasa mengunci. Saat akan meluruskannya kembali, harus dilakukan dengan perlahan.

 

2. Punggung bagian atas pinggang sering terasa pegal.

 

3. Di tumit kaki kanan terasa ada tulang rawan yang menusuk, apalagi kalau berdiri agak lama.

Saya memutuskan untuk ikut pelatihan Sirkulasi Qi yang sudah saya dengar dari tahun lalu. Saya berhasil membujuk kedua anak saya untuk juga ikut pelatihan ini. Kami mulai berlatih bersama. Awalnya terasa sangat menyiksa, tubuh terasa sakit dan pegal. Tapi di hari ke 4, kami bertiga di saat yang bersamaan berhasil Tong Guan.

Saat akan Tong Guan, badan saya mulai bergerak maju mundur, kalau saya tahan malah bergerak ke kiri dan ke kanan. Akhirnya saya biarkan, lalu punggung terasa sakit dan pegal seperti ada yang menusuk, lalu air mata mulai bercucuran, kepala terasa ada yang menekan dan muka seperti dirayapi banyak semut. Keesokan harinya, punggung masih terasa pegal, saya latihan terus. Akhirnya terasa ringan. Di hari ke 14 latihan, saya baru sadar ternyata saya bisa bersila saat latihan cukup lama tetapi lutut tidak terkunci lagi dan sakit di punggung juga hilang.

3 bulan terakhir ini saya baru sadar, tidak ada rasa sakit yang menusuk di tumit kaki lagi. Jadi betul yang dikatakan Pak Budiman, tulang rawan akan diserap lagi oleh tubuh. Luar biasa.

Anehnya, biarpun manfaat sudah bisa dirasakan dan nyata, tetap saja sulit untuk disiplin berlatih rutin tiap hari. Akhirnya saya hanya berlatih kalau saat sedang di mobil atau saat menunggu, dan kalau ingat segera mengangkat lidah.

Jadi untuk pertama kalinya setelah kelas saya duduk latihan selama 1 jam tanpa terganggu  pada tgl. 12 Desember lalu saat latihan bersama di Jl. Pandu, bersama dengan penyelenggara Pak Frans, Triawan, dan ibu Gracia.  Juga, mendengar sharing dari Dr. Suhendar Gunawan dan Dr. Mita Tanumiharjo (alumni Qi Angkatan P99 – Aston Tropicana, 27 Nop – 09 Des, 2010) terasa lebih memberi semangat untuk tetap meluangkan waktu untuk tetap berlatih. Pesan saya, jangan sampai sudah sakit baru mati2an berlatih, saya sarankan untuk para alumni Qi, terutama yang ada di Bandung, luangkanlah waktu untuk ikut latihan tiap hari Minggu pertama setiap bulan di Jl. Pandu ini, dan usahakan untuk juga latihan setiap hari di rumah.

Terima kasih untuk Pak Budiman dan Rekan.

Salam Qi untuk semua,

Silvani.

Bandung.